Tuesday, November 29, 2016

CERITA TENTANG RAKIT






aku katakan diriku ini siapa
dasar hatipun tak mampu memberi jawabnya
ia lumpuh tak bersua
mengais hampa meraba hitam
tenggelam dalam kebisuan yang mendalam


rakit dengan setiang layar yang lusuh
terombang-ambing...tergulung-gulung...
kemana hendakku menuju....
hendak kemana ku tancapkan jangkar terahirku
tuk melabuh...ribuan arah menanti...


namun...rakit hanya diam tak bergerak
karena memang, tali buluh masih terikat kuat
rakit hanya bergoyang-goyang
seakan sudah membelah samudra...


begitu bodohnya...kata burung-burung sejak tadi...
berlayang-layang melukis langit
bersumpah serapah
suaranya terdengar merdu di telinga...


kupotong saja sebaiknya tali buluh itu
sebelum burung-burung di atas itu menodai layar bulukku
setelah kupuji suara-suara yang indah itu
tapi....apa kuat ku mendayung?
layarku tak mampu lagi menghalang angin tuk mendorong rakit


jika itu yang terus ku pikirkan dan takutkan
buat apa aku terus bermimpi
kubiarkan saja diri ini tertambat tak berguna
hingga rapuh dan tenggelam..


layarku memang lusuh
dan sialnya....diri ini hanyalah sebuah rakit
tak bijak buatku memurkai sang esa
tak mulia buatku tuk terus menyalahi diri...

anganku...adalah layarku...
harapanku...adalah dayungku...
dan impianku...adalah petaku...
itulah anugrahku yang terbesar saat ini...


hingga tiba waktunya nanti
kujawab sendiri apa hidup ini....
saat ini...
tak perlu lagi aku menatap kehampaan yang membisu...


biarkan ombak tergulung...
burung-burung bernyanyi...
langit membiru kemudian menghitam
saat ini...
jangkarpun menancap dan akupun melabuh...
ditanah firdaus, persis seperti gambaran alam khayalku...


namun sekarang...
sebaiknya kupotong dulu tali buluh ini....

0 comments:

Post a Comment